MEMBELUDAKNYA jumlah
pendaftar serta kuota terbatas yang diterapkan untuk jurusan-jurusan favorit di
perguruan tinggi membuat persaingan semakin ketat. Jumlah institusi pendidikan
yang cenderung stagnan menyebabkan kompetisi tiap tahun pun terus meningkat.
Dilema memasuki dunia perkuliahan terus melanda siswa yang baru saja lulus dari
SMA. Kelulusan menjadi harga mati yang tak bisa ditawar lagi. Ujian nasional
menjadi momok tersendiri bagi siswa-siswi bangsa. Setelah pengumuman kelulusan
ujian nasional, masih ada tantangan yang harus dihadapi yakni Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Perguruan tinggi memiliki peran
strategis dalam mempersiapkan para mahasiswa untuk mengambil tanggung jawab di
dalam masyarakat.
Perguruan tinggi diharapkan dapat mengaktualisasikan potensi yang ada melalui beberapa program pengabdian pada masyarakat.
Perguruan tinggi diharapkan dapat mengaktualisasikan potensi yang ada melalui beberapa program pengabdian pada masyarakat.
Pemburu perguruan tinggi negeri (PTN) tentunya berusaha maksimal untuk
mendapatkan universitas favorit. Persepsi masyarakat bahwa PTN lebih baik
dibanding perguruan tinggi swasta (PTS) tidak sepenuhnya benar. Banyak hal yang
menjadi aspek penilaian kualitas universitas di Indonesia. Mulai dari aspek
komersialitas, visi-misi universitas, status akreditasi, kurikulum, staf pengajar,
aktivitas kemahasiswaan.
Aspek Komersialitas
Pertimbangan mahasiswa setelah lulus dari universitas, tak lain adalah
kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Karir yang sukses dalam
pekerjaan selama ini diukur oleh besarnya jumlah gaji yang diperoleh setiap
karyawan. Hal yang menjadi permasalahan dalam penyerapan tenaga sarjana di
Indonesia, bukan hanya dari tingkat popularitas universitas tersebut.
Popularitas tersebut harus dibuktikan dengan kemampuan para alumninya. Lulusan
universitas banyak tak mendapatkan pekerjaan dikarenakan beberapa hal.
Seperti dimuat dalam majalah Campus Indonesia, pada 2010, 8,3 juta
orang menganggur di Indonesia. Alasan utamanya dikarenakan masalah kualifikasi
dan kompetensi lulusan baru.
Rendahnya soft skill yang dimiliki para lulusan baru tak ayal
menimbulkan permasalahan baru. Para lulusan baru, seharusnya memiliki kemampuan
dalam hal kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kepercayaan diri dan
bertanggung jawab. Kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi hal lumrah bagi
negeri ini. Menurut data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kemenakertrans) 2010, dari 116,5 juta angkatan kerja, hanya 51 persen lulusan
Indonesia. Salah satu alasan mengapa banyak orang memilih universitas
negeri adalah tertanamnya harapan besar untuk mudah dalam mendapatkan pekerjaan
di masa depan. Padahal banyak perusahaan yang lebih memilih lulusan universitas
swasta yang unggul dari segi kapabilitas dan kompetensi dibandingkan lulusan
PTN.
Visi-misi perguruan tinggi
Ditinjau dari dimensi korporasi, peran perguruan tinggi memberikan
pelayanan di bidang pendidikan tinggi, maka produk utama perguruan tinggi
adalah pengetahuan. Tujuannya adalah menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan kebudayaan melalui proses belajar mengajar,
penelitian dan pengabdian masyarakat. Perguruan tinggi selayaknya bukan
bentuk dari komersialisasi pendidikan.
Ketika perguruan tinggi sebagai bentuk komersialisasi pendidikan, tak
ayal biaya untuk dapat mengenyam bangku pendidikan menjadi hal yang
diprioritaskan. PTN seharusnya banyak berbenah diri untuk terus meningkatkan
kualitas lulusannya. Biaya yang murah pada PTN sangat memengaruhi penyediaan
fasilitas kampus untuk mahasiswa. PTS tidak memperoleh dana dari pemerintah,
kebanyakan dana bersumber dari pihak yayasan atau donatur terkait. Pihak
penyelenggara PTS senantiasa menyuguhkan fasilitas-fasilitas untuk menunjang
proses belajar lebih baik.
Akreditasi Perguruan Tinggi
Tak dapat dimungkiri, akreditasi dari setiap perguruan tinggi menjadi
daya tarik tersendiri bagi calon mahasiswa baru. Akreditasi dipahami sebagai
suatu proses evaluasi dan penilaian mutu instituisi perguruan tinggi dan
program studi yang dilakukan oleh tim pakar sejawat di luar lembaga pendidikan tinggi
berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. Hasil akreditasi sebuah
perguruan tinggi diyakini sebagai bentuk pengakuan bahwa perguruan tinggi
tersebut telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
Menurut surat kabar Kompas, dari seluruh prodi PTS, 6.000
prodi belum terakreditasi oleh BAN-PT. Sebagian dari PTS tersebut telah
mengajukan permohonan untuk akreditasi, namun sebagian yang lain belum. Padahal
status akreditasi sangatlah penting untuk menjamin hak lulusan mendapatkan
pekerjaan. Siswa yang baru lulus mengedepankan ketelitian status PTS, jika
ingin kuliah di PTS. Tidak semua PTS terakreditasi, bedanya dengan PTN,
kebanyakan dari mereka telah memperoleh status tersebut.
Mahalnya biaya pendidikan di PTS
Hal yang terus menjadi wacana dalam dunia pendidikan adalah mahalnya
biaya untuk mengenyam perkuliahan sulit untuk dijangkau. Biaya pendidikan
perguruan tinggi sebagai salah satu alasan mengapa banyak pemuda Indonesia yang
tak mampu duduk di bangku perkuliahan. Faktor penghambat terbesar adalah
ketiadaan biaya yang memadai karena tingkat pendapatan keluarga yang masih
terbatas, sementara biaya di perguruan tinggi semakin besar. Biaya yang mahal
tersebut sebenarnya dialokasikan untuk terus meningkatkan kualiatas perguruan
tinggi di Indonesia di tengah kompetisi yang kian ketat.
Pemerintah terus berupaya untuk memberikan beasiswa kepada masyarakat.
Dengan beasiswa dalam bentuk subsidi silang, Bidik Misi, atau beasiswa dari
yayasan-yayasan tertentu. Bidik Misi selama ini familiar di PTN, namun PTS
ternyata juga memiliki program tersebut. Bidik Misi PTS diberikan hanya pada
prodi kedokteran, teknik, sains, pertanian, dan akuntansi pada PTS-PTS
berakreditasi A di kota-kota besar, dan akreditasi B untuk PTS di
daerah-daerah. Tentunya mahasiswa yang mendapatkan Bidik Misi tidak
dikenakan biaya apa pun oleh PTS yang bersangkutan. Menurut Kemendikbud, tahun
ini mereka mengeluarkan dana Bidik Misi untuk PTS Rp12 juta per tahun.
Salah satu yang menjadi alasan kenapa banyak yang memilih PTN dikarenakan
biaya yang relatif lebih murah. Namun, PTS juga menyediakan program beasiswa
penuh 100 persen untuk mahasiswa baru dan beasiswa-beasiswa lain untuk
memudahkan setiap anak mendapatkan pendidikan.
PTN tidak selalu lebih baik
PTN tidak selalu lebih baik
PTN tidak selalu lebih baik dari PTS. Banyak PTS di Indonesia yang
cukup diperhitungkan di Asia ataupun dunia. Lulusan-lulusan PTS juga banyak
yang dipesan terlebih dahulu oleh perusahaan-perusahaan ternama sebelum mereka
lulus. Teliti sebelum membeli adalah hal yang harus dijalani setiap calon
mahasiswa jika ingin kuliah di PTS. Mengingat banyak PTS di Indonesia yang
belum terakreditasi. Biaya relatif mahal yang dipasang oleh PTS menjadi hal
yang sulit untuk ditiadakan. Namun, PTS juga telah menyediakan program-program
beasiswa bagi mahasiswanya. Selain itu, beasiswa dari luar kampus yang banyak
disediakan yayasan dapat menjadi alternatif tersendiri dalam pembiayaan kuliah
di PTS.
Sementara, kualitas lulusan tentunya bukan hanya milik PTN. Tak sedikit
lulusan PTN yang menyandang gelar pengangguran intelektual. Lulusan PTN ataupun
PTS tak menjadi masalah selama kualitas individu dapat diperhitungkan di dunia
pasar tenaga kerja. Jadi, tak ada alasan PTN lebih baik dari PTS.
Dina Fauziah
Aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Aktivis Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Sampoerna School of Education
(//rfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.